Menampilkan 18 Hasil

Coba Lakukan 18 Hal ini untuk Mengasah Kemampuan Bersosialisasi Anak

Coba lakukan 18 hal ini untuk mengasah kemampuan bersosialisasi anak:

1. SUASANA KEKELUARGAAN YANG TERBUKA, AJAKLAH ANAK ANDA BERKOMUNIKASI TENTANG BERBAGAI AKTIVITAS

Buatlah suasana atau hubungan antara orangtua dengan anak yang terbuka. Ajaklah anak Anda berkomunikasi tentang berbagai aktivitasnya sehari-hari. Luangkan sejenak waktu Anda untuk berbicara dengan anak sedikitnya dua kali dalam sehari. Biarkan anak Anda mengeluarkan keluhannya, hal seperti ini akan membuatnya anak berani untuk bertanya, minta pendapat ataupun sekedar curhat saja. Hal seperti ini akan melatih anak Anda agar berani berkomunikasi.

2. DORONG ANAK BERAKTIVITAS DALAM KELOMPOK, AKAN MEMBANTU ANAK UNTUK MENGASAH BAKATNYA

Dorong anak Anda untuk bergabung dengan salah satu tim olahraga, club sepeda, grup vokal, pencinta fotografi dan berbagai komunitas lain yang sesuai dengan minat buah hati. Hal seperti ini tidak hanya akan membantu anak untuk mengasah bakatnya, akan tetapi juga dapat memberikan kesempatan pada anak untuk bergaul dengan teman-temannya serta orang lain.

3. KENALKAN ANAK DENGAN ORANG YANG KITA KENAL SETIAP KALI ADA KESEMPATAN BERTEMU

Kenalkan anak Anda dengan orang yang kita kenal cukup dekat setiap kali ada kesempatan bertemu dengan sanak family, para tetangga, kolega dan lainnya.

4. ORNAG TUA SEBAIKNYA MEMBERIKAN CONTOH PADA ANAK

Anak tentu akan lebih mudah belajar dengan cara mencontoh. Misalnya seperti saat kita setiap kali melewati rumah seseorang atau tetangga dengan menyapanya, maka anak Anda juga akan belajar untuk menyapa orang tersebut setiap kali dia bertemu nantinya.

5. BERMAIN MEMANG SANGAT MUDAH MENGAKRABKAN SEORANG ANAK DENGAN ORANG LAIN

Bermain bersama akan menjadikan anak menjadi lebih bebas mengeluarkan ekspresinya secara lebih personal. Ajak anak untuk bermain bersama dan biarkan dia bermain di luar rumah dengan teman ataupun tetangganya. Anda juga bisa mengajak teman-temannya sesekali untuk bermain di rumah. Atau juga dapat meminta sepupunya atau temannya untuk menginap di rumah saat akhir pekan, bisa juga dengan mengizinkan anak untuk menginap di rumah neneknya pada saat musim liburan sekolah tiba.

6. AJAK ANAK MENGENAL LINGKUNGAN SOSIAL AGAR TIDAK MERASA ASING DI DALAM LINGKUNGAN YANG TERDAPAT BANYAK ORANG

Ada baiknya Anda mengajak anak untuk sesekali berada dalam keramaian seperti saat ada pertemuan keluarga, acara arisan, family gathering dan lain-lain. Hal seperti ini akan membuatnya tidak merasa asing di dalam lingkungan yang terdapat banyak orang.

7. BERI ANAK RUANG BEREKSPRESI AGAR IA DAPAT MENUNJUKKAN BAKAT SERTA MINATNYA

Anak akan sangat menikmati apabila dia dapat menunjukkan bakat serta minatnya. Apabila seorang anak tidak diberikan ruang untuk dapat berekspresi, itu bisa menyebabkan anak Anda kurang percaya diri nantinya.

8. ORANG TUA TAHU KARAKTER ANAK, COBA BANGKITKAN RASA PERCAYA DIRI ANAK

Banyak anak yang merasa tidak percaya diri ketika berhadapan dengan orang lain bahkan yang sepantaran dengannya sekalipun. Bantulah anak Anda untuk menemukan rasa percaya dirinya dengan cara berkomunikasi dengannya secara personal. Idealnya, orang tua merupakan orang yang paling tahu dengan karakter anak berikut kelebihan dan juga kekurangannya.

9. BERI ANAK PENGETAHUAN TENTANG ETIKA BERGAUL

Agar anak pintar bergaul, tentu mereka harus diberikan pengertian untuk dapat menghargai orang lain di dalam bergaul. Dengan memiliki etika bergaul yang baik dan benar anak tidak akan canggung untuk bergaul bersama orang yang usianya jauh lebih muda ataupun jauh lebih tua, atau dengan orang yang sudah sepantasnya dihormati.

10. JANGAN TERLALU PROTEKTIF PADA ANAK BIARKAN ANAK BERSOSIALISASI

Cukup banyak orangtua yang over atau terlalu protektif pada anak dan akan melakukan apapun untuk anaknya, bahkan dalam hal-hal yang sepele. Banyak hal yang seharusnya menjadi tugas anak tapi malah dikerjakan oleh orangtua dan membatasi kesempatan anaknya untuk dapat berinteraksi dengan orang lain. Contoh sederhananya yang dapat Anda lakukan misalnya membiarkan anak Anda membayar sendiri saat jajan, membiarkan anak Anda menelepon temannya, membiarkan anak Anda bertanya kepada kepada orang lain untuk keperluannya sendiri dan sebagainya.

11. PERHATIKAN ANAK SAAT BERINTERAKSI AGAR DAPAT MEMBANTU ANDA UNTUK DAPAT MEMAHAMI PERILAKU ANAK

Penting bagi Anda untuk memperhatikan buah hati saat berinteraksi dengan anak lain. Ini dapat membantu Anda untuk dapat memahami perilaku anak. Jika anak Anda merasa bossy dengan teman-temannya, Anda bisa berbicara kepadanya nanti. Jika anak Anda sangat pemalu, bantulah dia untuk dapat membuka diri dengan teman-temannya. Adanya dukungan dari orangtuanya dapat membantu anak mendapat teman baru.

12. BERITAHU PADA ANAK ANDA TENTANG ARTI PENTING DARI MEMPUNYAI TEMAN

Ini dapat membuat anak Anda akan menyadari mengenai pentingnya teman. Apabila anak Anda sangat pemalu, Anda jangan terlalu memaksakan anak. Mereka mungkin perlu waktu untuk dapat membuka diri, berilah anak waktu yang cukup dan mereka butuhkan. Ketika mereka merasa nyaman dengan lingkungannya, maka dia juga nantinya akan dapat bersosialisasi dengan orang lain.
Anak kesepian

13. DAPAT MELATIH ANAK DENGAN MENGAJAKNYA BERMAIN

Jika anak Anda masih kecil, seperti usia 3 tahun ke bawah, Anda dapat melatih anak dengan mengajaknya bermain. Misalnya permainan seperti:

~ Tamu-tamuan, Anda memainkan peran sebagai seorang tamu yang akan bertamu ke rumah anak Anda.
~ Penjual danpembeli,Anda dapat berperan sebagai orang yang sedang melakukan transaksi jual beli. misalnya Anak Anda menjadi penjual dan Anda menjadi pembeli. Lakukanlah dialog dengan anak tentang barang dagangan yang ditawarkan.
~ Bertelepon, dengan menggunakan telepon mainan, Anda bisa berperan sebagai orang yang menelepon anak. Lakukanlah percakapan seru, seperti tentang rencana bertamu ke rumahnya dan juga bersama-sama bertamu ke rumah teman.

14. LAKUKAN PERMAINAN LOMBA SALING MENATAP DENGAN ORANG TUA. CARA INI BISA MENGAJARKAN PADA MEREKA BAGAIMANA MEMPERTAHANKAN PANDANGAN ORANG LAIN

Ada banyak hal yang bisa kita dapatkan dari memandang orang lain tepat di mata mereka. Cara ini akan menyampaikan pesan bahwa kita mendengarkan dan peduli tentang apa yang mereka katakan. Tindakan ini akan sulit dilakukan jika kita tidak berlatih sejak kecil. Untuk melatih anak bisa berbincang dengan orang lain dengan menatap langsung ke mata lawan bicara, lakukan permainan lomba saling menatap dengan Anda. Cara ini bisa mengajarkan pada mereka bagaimana mempertahankan pandangan orang lain.

15. PERMAINAN PERAN, MEREKA AKAN BERPIKIR CARA INI MENYENANGKAN DAN MEREKA BISA BELAJAR BERKOMUNIKASI

Anak sangat suka dengan permainan peran. Sediakan waktu dengan anak, dan lakukan permainan pura-puranya kalian berada di supermarket, bioskop, atau tempat lain. Mereka akan berpikir cara ini menyenangkan dan mereka bisa belajar berkomunikasi berdasarkan skenario yang Anda buat.

16. MEMBANGUN BANGUNAN BERSAMA BALITA, DARI SITU IA AKAN MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN SOSIALNYA, BEKERJA SAMA, DAN BERNEGOSIASI

Tak peduli Anda menggunakan kayu atau balok apa pun, kerjakan bersama anak balita Anda untuk membangun sesuatu entah bangunan apa, dari situ ia akan mengembangkan kemampuan sosialnya, bekerja sama, dan bernegosiasi. Pastikan ia akan mendengarkan ide Anda dan sama-sama berkomunikasi untuk menciptakan sesuatu.

17. BERLATIHLAH MELAKUKAN SEJUMLAH EKSPRESI WAJAH DENGAN MEMBUKA MAJALAH

Kemampuan sosial yang baik berkaitan dengan kemampuan untuk membaca dan memahami perasaan orang lain. Berlatihlah melakukan sejumlah ekspresi wajah dengan membuka majalah atau buku bergambar dengan anak balita Anda. Kemudian berhentilah di salah satu foto orang dan minta dia untuk mengidentifikasi atau menebak suasana hati orang di foto tersebut

18. LAKUKAN PLAYDATE, UNDANG TEMANNYA BERMAIN KE RUMAH

Ajak anak menyusun kegiatan yang dapat dilakukan bersama teman yang akan diundang. Buatlah daftar mainan dan material yang tersedia lalu susunlah kegiatan yang mungkin lakukan si balita bersama temannya

Sebagai langkah awal, rancanglah kegiatan bermain yang singkat saja. Meski pengalaman pertama bermain bersama teman di rumah menyenangkan, tetap saja balita punya ketahanan terbatas. Selain karena bosan, anak-anak biasanya juga tak akan tahan bermain lebih dari 1 jam nonstop. Ia butuh jeda untuk istirahat, makan, minum bahkan tidur di sore hari.

Sumber : Sayangianak.com

The Dark Side of the Gen Z

Beberapa hari lalu (20/9) Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) melaporkan akun Awkarin (Karin Novilda) dan Anya Geraldine dan beberapa akun lain di media sosial kepada Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo). Pasalnya akun-akun tersebut dinilai meresahkan banyak orang tua karena gambaran gaya hidup yang di-posting di akun Instagram mereka dikhawatirkan bisa menjadi contoh tak baik bagi remaja seusianya.

Dua remaja putri tersebut memicu viral di media sosial karena postingan foto-foto mereka yang seksi dan berani. Beberapa postingan mereka juga memaparkan pola berpacaran yang tidak sehat dan gaya hidup yang hedonik yang membuat banyak orang tua khawatir. Dua remaja putri tersebut kini menjadi selebgram dengan followers mencapai jutaan orang. Dan celakanya, apa yang telah mereka lakukan itu bisa jadi menjadi semacam “success story” sosok netizen yang mendapatkan kepopuleran di media sosial dalam waktu super singkat.

Fully Digital Native
Cerita Awkarin-Anya adalah contoh sisi kelam dari generasi baru yang bakal kita songsong yaitu Generasi Z (sering disebut Gen Z). Generasi ini lahir setelah pertengahan tahun 1990-an dan merupakan generasi yang sejak kecil sudah sepenuhnya menggunakan internet. Istilah kerennya, fully digital native. “Generation Z has never lived in the world without the internet and on average they use five screens a day,” ungkap sebuah riset. Tak heran jika sebagian besar waktu mereka dihabiskan secara online ketimbang berinteraksi dengan sesama teman secara fisik.

Untuk pertama kali dalam sejarah, inilah generasi dimana orang tua tidak punya kendali penuh terhadap anak-anak mereka. Ya karena sejak usia dini (12, 11, bahkan di bawah 10 tahun) mereka sudah diberi smartphone oleh orang tua, dan melalui smartphone tersebut mereka bisa begitu bebas berselancar di internet untuk mendapatkan informasi, mencari teman, dan menemukan apapun yang diinginkannya.

Begitu si anak masuk ke jagad internet, maka lepaslah kendali si orang tua terhadap anak. Tak heran jika kekhawatiran terbesar orang tua Gen Z adalah ketika anak mereka menyendiri di kamar dan memainkan smartphone mereka. Karena di situlah berbagai kemungkinan mereka berinteraksi dengan “evil of the world” di jagat internet (mulai dari gaya hidup Hollywood, online bullying, gambar-gambar porno, hingga predator pedofili) bisa terjadi.

Ketika orang tua tak punya kendali sepenuhnya, maka pengasuhan anak (parenting) akan diambil alih oleh “orang tua lain” yaitu Google, Facebook, Instagram, blog, dan jutaan situs di jagat internet. “In the digital age, internet becomes their co-parent.”

Internet as a Co-Parent
Kok bisa internet menjadi orang tua lain? Bisa. Tentu kita sepakat, tugas terbesar orang tua adalah menanamkan nilai-nilai, sikap,perilaku, dan karakter mulia kepada anak. Dengan bekal karakter mulia itu si anak akan bisa selamat dan sukses menjalani hidup bahkan ketika si orang tua tak ada lagi. Nah, tugas krusial ini pun bisa dimainkan dengan sangat efektif oleh internet, apalagi kalau sebagian besar waktu Gen Z dihabiskan di internet.

Pergaulan mereka dengan teman-teman di Facebook atau Instagram, interaksi mereka dengan sang idola di bagian lain dunia (Justin Bieber, Rihana, Miley Cyrus, dsb.), atau segudang informasi gaya hidup Barat yang mereka dapatkan di internet, semuanya bisa membentuk nilai-nilai, sikap, dan perilaku mereka. Bagi mereka internet menjadi medium yang sangat kaya untuk bereksplorasi, bereksperimen, dan berpetualang dalam rangka menemukan jati diri mereka.

Dalam kasus Anya di atas misalnya, salah satu konten menghebohkan yang ia posting di Instagram adalah video saat ia liburan dengan sang pacar dengan pola pacaran yang tak beda jauh dengan gaya pacaran selebriti-selebriti top Hollywood. Melihat kemiripannya, bisa jadi ide video itu diinspirasi oleh acara reality show semacam Keeping Up with the Kardasians (Kim Kardasian) atau Simple Life (Paris Hilton) di Hollywood. Begitu mudahnya gaya hidup tak patut di dalam acara reality show itu dikopi dan dijadikan role model.

Ingat, salah satu karakteristik utama Gen Z adalah bahwa mereka adalah self-learner yang sangat mumpuni. Dengan cepat mereka meniru dan menginternalisasi apapun yang mereka dapatkan di internet hingga kemudian membentuk nilai-nilai dari perilaku mereka.

Big Disconnection
Dalam bukunya, The Big Disconnect: Protecting Childhood and Family Relationship in the Digital Age (2013), Catherine Steiner-Adair mewanti-wanti terjadinya “tragedi keluarga” terbesar abad ini, yaitu apa yang ia sebut “big disconnection”. Tragedi ini sudah riil kita temukan di ruang-ruang keluarga kita. Coba saja lihat suasana di ruang makan atau ruang tamu di banyak keluarga kita. Pada hari Sabtu atau Minggu di situ berkumpul seluruh anggota keluarga; ayah, ibu, dan dua anak. Sekilas suasananya begitu akrab mencerminkan sebuah keluarga yang harmonis dan ideal.

Namun kalau kita telisik lebih dalam, baru kita temukan ketidakberesan di situ. Ya, karena masing-masing bapak, ibu, dan anak itu memegang smartphone dan mereka sibuk dengan smartphone masing-masing. Mereka asyik dengan “screen time” mereka masing-masing dan tak peduli satu sama lain. Tak jarang mereka senyum-senyum sendiri sambil mata tak bisa lepas dari screen. Inilah potret dari keluarga-keluarga kita. Sebuah potret yang kelam.

Mereka highly-connected dengan jagat internet, tapi celakanyahighly-disconnected dengan sesama anggota keluarga. Inilah yang oleh Steiner-Adair disebut big disconnection, tragedi keluarga terbesar sepanjang sejarah umat manusia. Dan barangkali disconnection inilah yang memunculkan fenomena seperti kasus Awkarin-Anya di atas.

Sadarkah kita bahwa tragedi dan bencana besar big disconnection itu sudah terjadi? Kasus Awkarin-Anya harusnya menjadi wake-up call bagi kita setiap orang tua. Ia harus menjadi peringatan mengenai bencana lebih besar yang bakal terjadi di jaman digital ini. Setiap orang tua harus lebih kritis dalam menyikapi screen time dan aktivitas online putra-putrinya.

Saya adalah juga orang tua dari dua anak 10 dan 11 tahun. Terus terang kini saya takut, kasus ini hanyalah puncak kecil dari gunung es raksasa di laut kutub utara. Barangkali kasus yang sama dalam skala yang ribuan kali lebih besar bakal kita hadapi tiga tahun, lima tahun, atau sepuluh tahun ke depan.

Sumber : Yuswohady

Lomba Gerak & Lagu “Three Ends” Tingkat Pelajar se-Kota Cirebon

Kota Cirebon, P2TP2A : Dalam rangka “Kampanye Three Ends Lewat Gerak dan Lagu”, Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Cirebon bekerjasama dengan Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPPKB) Kota Cirebon menggelar LOMBA GERAK & LAGU “THREE ENDS” Tingkat Pelajar se-Kota Cirebon.

Pendaftaran lomba dibuka mulai tanggal 01 sampai 15 Oktober 2016, melalui Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (BPMPPKB) Kota Cirebon. Informasi lebih lanjut, Hubungi : dr. Junny 082318288203 atau Ida 081234566005.

Perlombaan akan digelar di CSB MAll pada tanggal 22-23 Oktober 2016.

GRATIS BIAYA PENDAFTARAN !!

Unsur penilaian lomba gerak dan lagu :

  • Kekompakan
  • Keserasian Gerak dan Lagu
  • Kostum
  • Suara
  • Kreativitas Tim

Perkelompok terdiri atas 5 orang untuk tingkat SD sampai SMA.

Kampanye Three Ends merupakan program unggulan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP dan PA). Three Ends Strategi yang dimaksud adalah End Violence Against Women and Children (Akhiri Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak); End Human Trafficking (Akhiri Perdagangan Manusia), dan End Barriers To Economic Justice (Akhiri ketidakadilan akses ekonomi untuk perempuan).

Untuk mendengarkan jingle Three Ends, silakan klik play pada video di bawah ini. Berikut lyrik jingle Three Ends yang di ambil Akun Youtube BP3AKB Jawa Barat.