Menampilkan 10 Hasil

P2TP2A KOTA CIREBON GELAR LOMBA GERAK DAN LAGU THREE ENDS

Hari Minggu 23 Oktober 2016 bertempat di Auditorium Cirebon Super Blok, P2TP2A Kota Cirebon berhasil menyelenggarakan Lomba Gerak dan Lagu Three Ends Tingkat Pelajar se Kota Cirebon. Lomba ini diikuti oleh sejumlah pelajar mulai tingkat SD, SMP hingga SMA. Kegiatan ini merupakan rangkaian kegiatan sosialisasi pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak. Kepala BP3AKB Provinsi Jawa Barat Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si memberikan apresiasi kepada P2TP2A Kota Cirebon, “saya mengapresisasi kegiatan ini, walaupun dengan budget yang minim tetapi kegiatan yang memprioritaskan pada konsep penghargaan pada peserta ini dapat berjalan dengan baik”, ujar nya.

whatsapp-image-2016-10-23-at-18-07-30
Kepala BPMPPKB Kota Cirebon Deane Dewi Ratih berserta Pengurus P2TP2A Kota Cirebon dalam acara Lomba Gerak dan Lagu Three Ends di Cirebon Super Blok Kota Cirebon (23/10)
whatsapp-image-2016-10-23-at-18-03-50
Dewan Juri Lomba Gerak dan Lagu Three Ends di Cirebon Super Blok Kota Cirebon (23/10)

BP3AKD Sosialisasi Three Ends di Cirebon

Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (BP3AKB) Provinsi Jawa Barat menyelenggarakan Sosialisasi Pencegahan Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak pada hari Sabtu 22 Oktober 2016 bertempat di Hotel Apita Cirebon. Kegiatan sosialisasi ini diperuntukan bagi  100 orang Tua Murid dan Guru BK.whatsapp-image-2016-10-23-at-6-11-59-pm

 

Anak Merupakan Anugerah Tuhan yang Harus Dijaga

Fajarnews.com, CIREBON– Maraknya tindak kekerasan terhadap anak, mengundang keprihatinan dari banyak orang.Untuk itu, diperlukan kesadaran dari semua komponen masyarakat untuk mencegah dan menghentikan kekerasan terhadap anak.

Para orang tua pun harus selalu diingatkan bahwa anak-anak merupakan anugerah dari Tuhan yang bukan hanya milik keluarga tetapi merupakan tunas dan generasi penerus bangsayang harus dilindungi.

Hal tersebut dikatakan Ketua Yayasan Mitra Tunas Ciremai Giri, Gusti Helena dalam acara talkshow yang digelar di aula salah satu toko buku di Jalan Ciptomangunkusumo, Kecamatan Kesambi, Kota Cirebon, Sabtu (30/7).

Helena mengatakan, yayasannya terpanggil untuk mendukung pemerintah dengan membantu mengingatkan masyarakat mengenai bahaya-bahaya dari imbas perubahan dan kemajuan teknologi pada anak. Pihaknya mengadakan dialog dengan mengambil tema “Kenali dan Cegah Kekerasan Seksual pada Anak”.

Acara tersebut diisi oleh Staf Ahli Menteri Bidang Pembangunan Keluarga Kementrian Pemberdayaaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Sri Danti Anwardan seorang psikolog, Clara Adjisuksmo.

Turut hadir dalam acara tersebut perwakilan Pemerintah Kota Cirebon. Sementara pesertanya yakni para orang tua anak-anak TK Tunas Ciremai Giri dan peserta dari umum.

Helena mengatakan, melalui kegiatan itu,dia dan seluruh unsur yang terlibat memberikan edukasi kepada seluruh orang tua murid TK dan peserta umum yang hadir tentang bagaimana mendidik, menjaga dan memantau aktivitas anaknya dalam lingkungan yang sudah modern ini.

“Jangan malu dan takut untuk menceritakan permasalahan seksual. Saat ini haruslah keluar dan sampaikan apa yang terjadi. Jangan ada kata malu atau takut lagi,” ungkapnya.*

Internet, Penyebab Utama Kekerasan Seksual terhadap Anak di Kota Cirebon

RADAR CIREBON – Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Terhadap Anak dan Perempuan (P2TP2A) menyatakan kasus kekerasan terhadap anak di wilayah Cirebon dan sekitarnya masih tinggi. Sejak tahun 2002 hingga sekarang ada 400 kasus kekerasan terhadap anak.

“Data terakhir tahun 2015 saja ada 100 kasus. Sedangkan di tahun 2016, belum dapat direkap. Tapi, setiap harinya ada satu orang anak yang mendapat kekerasan,” ujar Ketua Harian P2TP2A Cirebon, drg Siska L Muliadi kepada Radar, Rabu (17/2).

Menurutnya, korban kekerasan banyak dialami anak usia 3-17 tahun. Namun, jumlah kekerasan terhadap anak tidak meningkat atau bisa disebut stabil yang pernah berhenti, karena setiap tahunnya pasti ada kekerasan. Paling banyak korban pada balita. “Tingkat kekerasan terhadap anak di Kota Cirebon masih tinggi. Ini membuat kami ingin bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan Seni Budaya Korea Selatan untuk menciptakan taman bermain. Sebab, di Kota Cirebon minus taman-taman bermain,” jelasnya.

Tidak hanya itu, kekerasan anak juga diakibatkan, banyak orang tua yang menitipkan anaknya kepada tetangga yang memiliki fasilitas dan media memadai. Seperti televisi, jaringan internet melalui media gadget dan youtube. “Terbukanya akses informasi melalui media sosial dan internet menjadi penyebab paling utama. Dari jumlah kasus kekerasan terhadap anak, hampir 85 persen adalah kekerasan seksual. Kalau kekerasan fisik masih tidak terlalu banyak,” ucapnya.

Dia mengungkapkan, untuk meminimalisasi terjadinya kekerasan terhadap anak, pihaknya membuat taman cerdas yang terletak di RW 10, Kelurahan Kecapi, Kecamatan Harjamukti. Di sana ada lapangan badminton dan lapangan futsal.

“Terus terang, di daerah Kecapi itu banyak pengguna narkoba pada usia muda. Jadi, kami memproteksi dengan mengadakan taman cerdas. Itu baru satu pilot project kita. Sebetulnya kami ingin semua RW. Tapi, kami tidak bisa,” imbuhnya.

Menurutnya, kebanyakan korban dialami dari keluarga sendiri yakni sodara sepupu yang melakukan kekerasan. Selain itu, masalah kekerasan juga karena ketergantungan ekonomi, karena ekonomi keluarga korban sangat minim. “Jadi hidup korban tergantung dari para pelaku, karena ketidakberdayaan secara ekonomi,” bebernya.

Ditambahkannya, P2TP2A menampung semua korban dari Sabang sampai Merauke. “Sebetulnya hanya wilayah III Cirebon. Tapi kadang-kadang datang dari Surabaya, dari Arab Saudi ada tiga korban yang hamil. Korban minta menolak anak. Tapi, kami tidak bisa melakukan hal itu,” tuturnya. (sam)